“Kemurahan
Yang Terlupakan”
Suatu ketika saya ngobrol dengan
seorang teman di tempat kerja. Rupanya ia kehausan, dan kemudian mengambil
segelas air putih yang memang tersedia di ruangan tersebut. Seteguk demi
seteguk di nikmati air putih itu. Dan kemudian ia bergumam spontan :“ Aah,
nikmat sekali minum air putih , selagi haus”
Mendengar gumaman itu saya jadi
merasa aneh sendiri. Ada sesuatu yang janggal dengan ungkapannya. Ia merasakan nikmat
meminum air putih, ketika sedang kehausan. Spontan saya bertanya : “Loh,
seandainya sedang tidak haus, apakah air putih itu menjadi tidak nikmat ?
Teman saya juga menjawab spontan : “ wah, tentu saja tidak senikmat ini !”
Ia menjawab dengan penuh yakin.
Saya tambah kepikiran dan merenung. Kalau tidak haus, air putih itu rasanya
tidak nikmat ! Kalau lagi haus, maka air putih yang sama itu, rasanya menjadi
nikmat !
Wah
menarik juga pernyataan teman saya itu !
Kalau pernyataan teman saya
tersebut dapat dibenarkan oleh pendapat umum, maka ada sesuatu yang sangat
menarik, yang tidak pernah diperhatikan sebelumnya, yaitu : bahwa, yang menjadi
sebab nikmatnya air, ternyata BUKAN RASA AIR itu sendiri, tetapi adalah RASA
HAUS ! Jadi terasa aneh. Dan luar biasa!
Berarti, rasa haus itu lebih
mendasar dari rasa air. Karena itu yang harus kita cari bukanlah rasa air itu,
melainkan rasa haus. Bukankah dengan rasa haus itu kita jadi bisa merasakan
nikmatnya segelas air putih ? Saya jadi terkejut sendiri. Berarti yang namanya
rasa haus itulah sebenarnya yang menjadi penentu nikmat tidaknya seseorang
minum air. Maka, “rasa haus” sebenarnya adalah karunia Allah yang sangat besar
kepada kita.
Jika
hal ini kita teruskan, maka kita akan menemukan sesuatu yang lebih aneh dan
luar biasa. Jika lapar adalah yang menyebabkan seseorang menjadi nikmat makan,
berarti lapar adalah juga karunia dan kemurahan dari Allah SWT.
Jika sakit adalah yang
menyebabkan seseorang dapat menikmati masa sehatnya, maka sakit juga merupakan
karunia dan kemurahan Allah SWT. Sungguh bertambah aneh, pernyataan itu ! Rasa
haus, rasa lapar, rasa sakit, ternyata adalah kemurahan Allah SWT kepada
hamba-hambaNya.
Akan tetapi, mampukah kita
melihat dan memikirkannya ? mampukah ketika merasa haus, kita berucap syukur alhamdulillah
? karena, bukankah itu adalah kemurahan dari Allah yang sangat mahal ?
Bisakah ketika lapar, kita juga
tersenyum seraya berbisik dengan kalimat alhamdulillah ? sebab, kita
juga tahu bahwa lapar adalah kemurahan Allah ?
Dan ketika sakit, mampukah kita
dengan tulus ikhlas juga melantunkan kalimat indah alhamdulillah?
Subhanallah. Kita sehat bertemu
dengan Allah, kita sakitpun bertemu dengan Allah. Kita kenyang bertemu dengan
Allah, kita laparpun bertemu dengan Allah. Sungguh, setiap saat kita akan
bertemu dengan kasih sayang Allah SWT.
وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ
وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya)
lagi Maha Mengetahui”. (Q.S Al Baqarah :[1] 115)
Sumber
: 24 Jam Bersama Allah
Oleh HM Taufik Djafri

Tidak ada komentar:
Posting Komentar