Selasa, 16 November 2021

Pelajaran Dari Seorang Penjual Kue

Pelajaran Dari Seorang Penjual Kue  

“Pelajaran Dari Seorang Penjual Kue”

Oleh: Eri Rizaldi

“Orang-orang yang menginfaqkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit, serta orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan pada orang lain”. Allah menyukai orang orang yang berbuat kebajikan.Q.S Ali Imran : [2] 134)

                Seperti biasanya rabu pagi adalah hari pasar tradisional yang ada di kecamatan tambang atau di kenal dengan pasar danau. Sepertihalnya pasar tradisional, begitu banyak para pedagang yang menjual berbagai macam kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat di luar kecamatan tambang danau bingkuang. Para pedagang tersebut ada yang menjual ikan, sayur mayur, bawang, cabe, sembako dan juga pakaian yang dipakai sehari-hari. Para pedagang tersebut ada yang berasal dari desa setempat dan juga dari daerah di luar kecamatan tambang seperti kampar, air tiris, rumbio dan bangkinang.

                Saat berangkat ke sekolah untuk mengajar,  saya selalu lewat di pasar danau tersebut, kebetulan rumah saya tidak jauh dari pasar. Untuk belanja ke pasar, istri saya tidak pergi di waktu pagi, biasanya kalau belanja kepasar waktu yang paling pas itu ya, di pagi hari kira-kira sekitar jam 08.00 pagi. Karena di pagi hari barang dagangan yang di jual oleh pedagang masih segar-segar seperti ikan dan sayur-mayur. Istri saya tidak pergi ke pasar pada pagi hari karena tidak ada yang menjaga anak.  saya baru 2 tahun lebih menikah dan  dikaruniai 1 orang anak laki-laki yang masih kecil berumur 2 tahun, maklum anak pada usia ini masih rewel-rewelnya dan tidak bisa di tinggal apalagi pergi kepasar. Karena istri saya kepasar bisa menghabiskan waktu sampai 2 jam lebih, maklum ibu-ibu kalau sudah belanja menawar barang –barang yang ingin di beli sangat luar biasa, menawar harga di luar batas dan terkadang membuat penjual menjadi kesal. Ketika pedagang menuruti harga,  ibu-ibu juga sering tidak jadi membeli dagangan nya dan pindah ke pedagang sebelah. Begitulah kira-kira transaksi jual beli di pasar tradisional yang pernah saya lihat.

 Jadi ketika istri saya ingin kepasar, terpaksa menunggu ketika saya pulang dari mengajar. saya pun juga ikut menemani istri dan membawa anak untuk membeli kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional tersebut.

Ketika saya pulang, saya pun lansung pergi kepasar menemani anak dan istri, walaupun terkadang saya tidak sempat ganti baju karena saya masih memakai seragam guru , takut nanti pasar akan tutup karena saya pulang dari sekolah sekitar jam 15.50 dan pergi kepasar pukul 16.20 .

Sampai di pasar, istri saya lansung membeli kebutuhan yang di perlukan , dan biasanya istri saya ini membeli cabe ke pedagang dan sekaligus menghaluskan cabe dengan mesin penggiling. Sambil menggendong anak, saya menunggu di tempat penjual es tebu karena tidak jauh dari istri saya yang sedang belanja.

Saat itu saya duduk di tempat penjual es tebu, anak saya pun rewel, mungkin karena lapar dan haus. Biasa nya saya bawa botol air minum untuk anak karena nanti takut ia haus dan ingin minum. Namun kali ini saya lupa membawa botol air minum. Dan saat itu juga saya gendong anak dan mencari air mineral atau teh es kebetulan saya juga merasa haus hehehe.

Sambil mencari air mineral, saya melihat dari jauh ada seorang pedagang ibu-ibu paru baya, mungkin usia beliau sekitar 40 -an dan saya mengahampiri beliau, saya lihat ibu ini menjual makanan has orang kampar yaitu lepat bugi, kue apam , kue lemping, lemang,  ketan, pergedel jagung dan kue-kue  yang berbahan dasar ubi. Karena hari semakin sore para pedagang akan pulang dan berkemas menyimpan barang dagangannya yang mungkin tersisa dan juga yang sudah habis laku terjual. Namun ibu ini masih tetap menjajakan dagangannya. Dan saya melihat, kue yang di jual ibu ini masih banyak yang tersisa. Saya bertanya dengan ibu tersebut dengan logat bahasa daerah “ Asal  amak dai mano (asal ibu dari mana)? ibu itu menjawab : “ Amak dai ayu tiris (ibu dari air tiris). Saya kembali melanjutkan, : Bapo ciek ogo kue ko mak (berapa harganya satu bu ? ibu penjual kue : “ saibu ciek (Rp 1000 satu) , ambiok lah 7 kue dek ang Rp 5000 (ambil lah oleh kamu 7 kue dengan harga Rp 5000). Lalu saya membeli dan mengatakan : den ambiok 10 kue. piti den Rp 100.000, ambiok dek amak 25 rb. Baliok kan kek den Rp.75.000. (saya ambil 10 kue, uang saya tukar 100.000 ambil sama ibu 25.000 kembalikan 75.000).

Begitulah pembiacaraan singkat saya saat membeli kue dengan ibu tersebut. Dari percakapan itu saya teringat dengan orang tua saya, karena orang tua saya seorang petani karet. Saat musim hujan tiba karet tidak bisa di deres (di potong untuk mengambil getahnya) untuk sampingan, orang tua saya mencari ikan ke sungai dan menjual ikan dengan menjajakannya ke perumahan yang ada di tempat tinggal. hal itu  dilakukan untuk menambah pendapatan agar saya dan adik-adik bisa sekolah , karena saya ada ber 4 saudara. dan kami 2 orang yang kuliah dan dua orang lagi masih sekolah dasar dan menengah. Tentunya memerlukan biaya yang banyak dan orang tua saya bekerja keras agar kami tetap mengeyam pendidikan . orang tua saya mengatakan “kalian harus jadi orang sukses nak , dan jangan jadi seperti kami yang petani karet dan menjual ikan ini”. Dan saya pernah teringat nasehat yang diberikan ibu kepada saya  Dulu waktu ibu  menjual ikan saat ada orang menawar harganya, ibu lebihkan ikan nya di luar harga yang mereka tawar. Dan ketika ada orang yang ingin beli ikan dan uang nya tidak cukup, ibu berikan ikannya tanpa meminta tambahan harganya. dan kalau ikan ibu tidak laku atau masih tersisa, ibu berikan kepada orang-orang yang kurang mampu, mungkin mereka tidak punya makanan siang untuk dimasak. Dan ketika kamu nak, melihat orang berjualan dan jualannya tidak laku atau tidak habis, jangan engkau tawar nak kalau bisa engkau beli dan lebihkan uangnya, karena itu adalah sedekah , walaupun sedikit uang yang engkau lebihkan, namun sangat berarti bagi mereka”.  Masya Allah nasehat yang sangat luarbiasa yang diberikan ibu kepada saya.

Dari nasehat tersebut mungkin hanya sedikit yang bisa melakukannya baik itu bagi pedagang maupun para pembeli. Terkadang ada pedagang yag suka mengurangi timbangan atau curang dalam menimbang. Dan ketika membeli, sorang pembeli menawar harga di luar batas.  Terkadang kita tidak mau melihat dan berfikir keadaan di sekitar , saat kita membeli kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional. Karena mereka para pedagang menggantungkan rezki mereka dengan berdagang tersebut, kadang laku habis terjual dan terkadang masih tersisa bahkan tidak laku sama sekali. Dan saya teringat firman Allah SWT :

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ 

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi”.(Q.S Al Mutaffifin : [83] 1-3)

               

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar